
Pada hari Senin, 31 Mei 2021 Prof. Rina Indiastuti selaku rektor universitas padjadjaran angkat bicara dalam acara “Rektor Menyapa” untuk membahas terkait sistem perkuliahan yang akan diterapkan pada semester ganjil mendatang.
Dalam acara tersebut, Prof Rina menyampaikan, Unpad akan menerapkan pembelajaran hybrid pada bulan agustus mendatang dengan menggabungkan metode synchronous dan asynchronous di mana pembelajaran tatap muka dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan perizinan orang tua.
Hal tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan mahasiswa Universitas Padjadjaran. Ada yang menyatakan pro karena terlalu jenuh dengan sistem daring yang membosankan, namun ada juga yang kontra karena informasi yang disampaikan terkesan mendadak bagi sebagian mahasiswa di luar daerah.
Menanggapi pro dan kontra dari berbagai mahasiswa tersebut, litbang dan warta kema melakukan sebuah survey sederhana perihal sistem kuliah hybrid dan telah mendapatkan 88 responden.

Sumber foto: Litbang Warta Kema http://www.wartakema.com/blog/2021/05/31/kuliah-hybrid-survey-kesiapan-kema-unpad/
Mengenai wacana tentang perkuliahan secara hybrid, lebih dari 90 persen sudah mengetahui informasi tersebut. Sedangkan mengenai kesiapan, sebanyak 6,7 persen responden sangat tidak siap, 21,3 persen responden tidak siap, 30,3 persen responden sudah siap, 19,1 persen responden cukup siap, dan sebanyak 22,5 persen responden sangat siap.
Kema Unpad yang pro terhadap kebijakan ini menyatakan bahwa perkulian hybrid harus segera dilaksanakan karena kema Unpad butuh berinteraksi dan bersosialisasi lebih banyak, baik dengan dosen maupun dengan teman-teman di lingkungan kampus.
Lalu ada juga yang berpendapat bahwa kesehatan mental adalah nomor satu karena dengan sistem daring yang mewajibkan mahasiswa stay at home merasa lebih stres dan berat.
Selain itu, ada pula pendapat bahwa mereka membutuhkan laboratorium dan alat prakatikum lainnya untuk menunjang kegiatan praktikum, serta pendapat lain yang menyatakan bahwa situasi rumah dirasa tidak kondusif untuk dijadikan tempat belajar pada saat perkuliahan berlangsung.
Di satu sisi, terdapat mahasiswa yang kontra terkait kebijakan sistem perkuliah hybrid tersebut. Kema unpad merasa perkuliahan secara hybrid tidak perlu dilakukan secara terburu-buru mengingat kasus covid yang semakin meningkat dan vaksinisasi yang belum juga terealisasikan sepenuhnya.
Pendapat lain terkait kebijakan ini yaitu sulitnya para warga kampus untuk menerapkan protokol kesehatan dan memastikan seluruh orang menaatinya dengan baik. Namun jika sistem perkuliahan hybrid akan tetap diselenggarakan, banyak masukan dari kema Unpad agar seluruh lapisan civitas akademik Unpad mematuhi protokol kesehatan, pengurangan kegiatan/aktivitas di kampus, adanya sistem kelas bergilir, dan menyediakan fasilitas penunjang seperti hand sanitizer serta alat cek suhu.
Apabila perkuliahan secara hybrid terlaksana pada semester mendatang, Kema Unpad berharap agar tak terjadi penyebaran virus di dalam kampus dan menjadi cluster baru. Karenanya jelas perlu adanya sinergi yang dilakukan baik pihak kampus maupun mahasiswa sendiri untuk mematuhi protokol kesehatan yang telah diselenggarakan.
Reporter: LG 11/ YUKTA ALVIRA DONITA
Editor: LG 12/ REGITA CAHYANI PUTRI ASHILLAH
Persma Genera 2021